“Bung Karno" Nilai-nilai moral dan keteladanan
I.
Sekilas mengenai Bung Karno
Ketika
dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno Sosrodihardjo oleh
orangtuanya.Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya
diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang
panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama “Karna” menjadi
“Karno” karena dalam bahasa Jawa huruf “a” berubah menjadi “o” sedangkan awalan
“su” memiliki arti “baik”.
Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama
Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama
tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama
Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan
yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh
diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, “Siapa nama kecil Soekarno?” karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol.
Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika
menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama
Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal
Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan
pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
II.
Nilai-nilai moral dan keteladanan
Berikut ini beberapa nilai yang dapat kita jadikan suri tauladan dari sang
proklamator “Bung Karno:
1.
Tidak melakukan
Korupsi atau segala sesuatu yang dapat menghancurkan Kita.
2.
Apabila Kita ingin memimpin orang
lain, pimpin dahulu diri Kita sehingga orang lain yang Kita pimpin-pun
akan segan, terbukti dengan Kepemimpinan Soekarno yang tidak mengambil
uang rakyat berakibat pada orang-orang yang dipimpinnya-pun tidak sampai hati
untuk melakukan hal itu.
3.
Menjadi Pemimpin yang terbuka, tidak hanya
untuk golongannya tapi untuk semua kalangan yang dipimpin, terbukti dengan
Keinginan Soekarno yang ingin Istana Negara bukan hanya menjadi tempat bagi
para mandataris rakyat, tapi juga terbuka untuk setiap orang yang ingin masuk
dan belajar di sana, tidak seperti kondisi sekarang yang penjagaan sangat ketat
sehingga cenderung orang-orang istana saja yang bisa masuk ke sana.
4.
Menjadi pemimpin yang jika berbicara
tidak hanya mampu dimengerti oleh orang-orang yang berpendidikan,
tapi bisa menyesuaikan dengan siapa yang diajak bicara.
5.
Pemimpin harus memerdulikan ‘orang kecil’.
Hakikat pemimpin adalah orang yang dipilih rakyat (mandataris rakyat), sehingga
harus memerdulikan rakyat yang dipimpinnya.
6.
Jangan pernah menyerah dalam memerjuangkan
kebenaran dan untuk kepentingan masyarakat banyak.
7.
Jangan terlalu menikmati (terlena) dengan
jabatan yang Kita pegang sekarang seolah tidak ingin turun, walaupun Kita
telah menorehkan prestasi yang membanggakan, Kita harus sadar bahwa jabatan itu
harus berganti, jika tidak, maka akan terjadi hal-hal yang negatif.
8.
Pemimpin harus gigih dalam memerjuangkan
kebenaran walaupun risikonya sangat besar.
9.
Pemimpin yang tegas
dan berani, adalah pemimpin yang dapat selalu mempertahankan integritasnya,
sekalipun ‘penjara’ rintangannya.
10.
Apabila seorang pemimpin ingin dan bermaksud
memperjuangkan kepentingan ‘rakyat’ yang dipimpinnya, maka Pemimpin tersebut
harus sebisa mungkin berjumpa dengan ‘rakyat’nya, karena dengan itu, maka akan
tampak bukan hanya sekadar janji-janji yang terlontar, namun ada usaha untuk
menjadikan itu nyata.
11. Selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Pada saat proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara, Soekarno dan tokoh kemerdekaan Indonesia lainnya
mengadakan musyawarah untuk mencapai mufakat demi keutuhan bangsa dan negara
Indonesia yang baru berdiri.
12. Meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi. Meskipun
masing-masing tokoh memiliki pendapat yang berbeda-beda namun akhirnya Soekarno
dan tokoh bangsa lainnya dapat menghasilkan keputusan bersama yang diterima
& dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.
13.
Memiliki semangat
kekeluargaan dan kebersamaan. Soekarno dan tokoh bangsa lainnya memiliki
semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang merupakan kekuatan
batin dalam merebut kemerdekaan dan menegakkan kedaulatan rakyat.
14.
Berani dan rela
berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara. Soekarno terkenal sebagai orator yang ulung. Pidato-pidato
mampu membangkitkan semangat rakyat untuk berjuang merebut kemerdekaan. Dengan
tuduhan menghasut rakyat untuk memberontak, pada akhir Desember 1929 Soekarno ditangkap
dan dijatuhi hukuman penjara.
15. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah. Perumusan dasar negara Indonesia
merupakan hasil kerja keras yang melibatkan banyak tokoh diantaranya Soekarno.
Beliau berjuang keras tanpa kenal menyerah dengan tulus ikhlas, tanpa pamrih
dan penuh semangat untuk merumuskan dasar Negara.
Comments
Post a Comment